Permasalahan
Nagari Panampuang, yang terletak di Kabupaten Agam, memiliki berbagai program dan potensi yang terus dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal pengelolaan data, nagari ini telah mulai memanfaatkan teknologi berbasis GIS-GPS untuk mendata jumlah Kepala Keluarga (KK), termasuk informasi terkait keluarga miskin, tingkat pengangguran, sanitasi rumah, dan kondisi kesehatan per KK.
Sebagai bagian dari rencana pembangunan, pemerintah nagari
merencanakan beberapa fasilitas penting, seperti pendirian puskesmas pembantu
untuk meningkatkan akses kesehatan masyarakat, pembangunan pasar permanen di
Tobo (yang beroperasi pada Kamis pagi), pendirian SMP atau MTsN sederajat untuk
meningkatkan pendidikan, pembentukan koperasi untuk mengelola komoditas
unggulan seperti kulit manis, dan pembentukan lebih banyak kelompok tani untuk
memperkuat sektor agraris.
Di bidang pariwisata, Nagari Panampuang memiliki banyak
potensi yang bisa dikembangkan. Beberapa rencana meliputi pembangunan jenjang
menuju telaga, pemanfaatan tiga air terjun, serta pengelolaan empat sungai di
sekitar Malalak Timur. Sungai-sungai ini direncanakan untuk ditata menggunakan
batu baronjong yang dicat untuk menahan erosi. Selain itu, akan dibuat
sengkedan di sekitar sungai yang dapat dimanfaatkan untuk memelihara ikan
larangan. Salah satu lokasi menarik adalah Batu Salai di Sungai Bukik Balanca,
yang memiliki potensi unik sebagai objek wisata. Tempat pemandian di Tabek
Gadang juga direncanakan untuk dikembangkan. Lebih jauh, aktivitas pariwisata
seperti paralayang di Limo Badak menjadi salah satu daya tarik yang dapat
menarik wisatawan. Tokoh masyarakat setempat, seperti Machudum (Datuk Malalak),
juga berperan aktif dalam mendukung berbagai program pembangunan. Untuk
mendukung pariwisata, fasilitas seperti toilet/WC umum di sepanjang area
wisata, pasar, sekolah, dan kantor pemerintahan akan disediakan dengan
memanfaatkan sumber air yang melimpah.
Dalam kehidupan sosial dan agama, nagari ini aktif
mengadakan kegiatan majelis taklim yang dilaksanakan setiap Jumat. Kegiatan ini
terbagi berdasarkan minggu, yakni di tingkat nagari pada minggu pertama,
kecamatan pada minggu kedua, serta tingkat jorong pada minggu ketiga dan
keempat.
Sektor mata pencaharian masyarakat sebagian besar
bergantung pada hasil alam, seperti kulit manis yang banyak dijumpai di wilayah
ini. Kulit manis selama ini hanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar dengan harga
Rp150.000 per kubik. Ke depannya, rencana pengolahan kulit manis menjadi produk
bernilai tambah seperti serbuk atau arang sedang diupayakan, bahkan menjadi
peluang kerja sama dengan Universitas Andalas. Dalam pengelolaan ekonomi,
pemerintah nagari juga berencana membentuk Badan Usaha Milik Nagari (BUMNag)
dengan dana awal sebesar Rp100 juta. Air yang melimpah di nagari ini juga
membuka peluang untuk mengomersialkan tabek-tabek (kolam) yang sebelumnya hanya
dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga. Sumber air bersih tersedia di semua
jorong, seperti di belakang kantor walinagari dan lokasi-lokasi lainnya.
Komentar
Posting Komentar